Intisari khotbah
Engkaulah Allah kami ya Tuhan
Jesaya 64 : 1 – 9
Yesaya 64 ini ditulis sesudah bangsa Yehuda kembali dari Tanah Babel. Mereka menyadari bahwa semua itu terjadi karena ketidaktaatannya kepada Allah. Bangsa Yehuda sudah tinggal di Yerusalem, tetapi Rumah Tuhan/Bait Allah belum dibangun kembali. Musuh bangsa ini masih mengancam mereka.
Bangsa Yehuda mengakui kalau mereka orang berdosa dan bersalah kepada Tuhan karena tidak taat. Tetapi bangsa ini yakin dan percaya kalau kasih Tuhan melebihi daripada kemarahanNya, sehingga Allah menyuruh AnakNya yang tunggal Yesus Kristus datang kedunia ini untuk menyelamatkan manusia.
Dalam ayat 5 – 7 dikatakan bahwa bangsa ini najis dan kesalahannya seperti kain kotor, dan tidak ada yang memanggil nama Tuhan. Tidak ada lagi yang baik bagi manusia.
Ayat 8-9 Pengakuan bangsa ini sesudah mengakui dosa dan ketidaktaatannya kepada Tuhan, dan mereka mengaku kalau Tuhan itu adalah Bapa mereka.“Kami seperti tanah liat dan Tuhanlah yang membentuk sesuai dengan rencanaNya.”
Kita ingat syair lagu ini:
“Bagaikan bejana siap dibentuk Demikian hidupku ditangan-Mu.”
Indah yang dikatakan bangsa Yehuda kepada Tuhan.
Thema: Engkaulah Allah kami ya Tuhan
Ada kesadaran yang begitu dalam menyangkut hubungannya dengan Tuhan. Tuhan itu adalah Bapa yang penuh kasih.
Bagaimanapun dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia, kalau manusia mengakui dosa dan kesalahannya maka Bapa mengampuninya dan Bapa itu begitu mengasihi kita manusia sebagai ciptaanNya, buatan tangan Allah, dan sebagai gambaran Allah (Imago dei).
Minggu ini adalah Minggu Advent I, kita diingatkan untuk tetap menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Dalam kedatangan Yesus yang ke-2 kalinya, Tuhan datang dan menyempurnakan kerajaanNya, untuk itu marilah kita mengaku bahwa Allah itu adalah Bapa yang penuh kasih, dan kita adalah anak-anakNya. Bapa dan anak mempunyai hubungan yang erat. Kalau kita memang anak Allah, hiduplah sebagai anak-anak Allah, gambaran Allah itu tercermin dari sikap, perkataan dan perbuatan kita sehingga orang lain juga percaya kalau kita adalah anak Allah.
Marilah kita mengaku kalau Allah itu adalah Tuhan kita.
Pdt. Ratna Sriany br. S. Meliala